Desa dalam pengertian
umum adalah permukiman manusia di luar kota yang penduduknya berjiwa agraris.
Dalam keseharian disebut kampung, sehingga ada istilah pulang kampung atau
kampung halaman. Desa adalah bentuk kesatuan administratif yang disebut
kelurahan. Lurahnya kepala desa (dulu: Demang). Dalam lingkup kota yang
dipenuhi pertokoan /ruko, pasar dan deretan kios juga ada desa, seperti desa
Kalicacing di Kota Salatiga Jawa Tengah. Sedang Desa di luar kota dengan
lingkungan fisisbiotisnya, adalah
gabungan dukuh atau dusun. Dukuh mewujudkan unit geografis yang tersebar seperti pulau ditengah persawahan atau hutan.
Dukuh di jawa barat disebut Kampung, Gampong di Aceh, Huta di Tapanuli, Nagari
di Sumatra Barat, Marga di Sumatra Selatan, Wanus di Sulawesi utara, Dusun Dati
di Maluku dan Dusun di Jawa kususnya Jawa Tengah.
Pertama kali Lurah atau Demang di desa
Karanganyar adalah Raden Ronggo Leksono berputra Merto Ngulomo alias Rojo
Ngulomo (Islam : Ulama’) yang mana orang tersebut adalah cikal bakal penyebar
Islam pertama kali di desa Karanganyar sekaligus Demang setelah kepemimpinan
Romonya dibantu oleh karan Mbah Bedek[1]
berputri Mbah Kami, setelah wafatnya Merto Ngulomo kepimpinannya digantikan
oleh putranya bernama H. Sidiq. Pada masa inilah didirikan sebuah Surau atau
Langgar yang panjang menyerupai sebuah sekolahan, karena Langgar tersebut
bentuknya panjang oleh warga setempat dijuluki atau diberi nama “Langgar Dhowo” yang sampai sekarang
masih berdiri kokoh di dusun Karanganyar RT 02 RW 05 dan kini bernama “Nurul Yaqin”[2]
di atas tanah hak milik mbah H. Sidiq sendiri. Setelah H. Sidiq wafat
kepemimpinan digantikan oleh adiknya yang bernama Haskandar alias Iskandar.
Pada masa inilah pertama kali didirikan Masjid di Desa Karanganyar Krajan
kemudian ekpansinya di dusun Karanganyar yang dinamakan Kurawan alias Ngrawan.
Setelah Mbah Haskandar wafat kepemimpinan sudah mengikuti peraturan
pemerintahan dengan adanya pemilihan kepemimpinan kepala desa atau Demang, maka
terpilihlah Mbah Jangkrak bin Sumodiharjo dari Dusun Jurug sebagai Demangnya
(kini lurah). Pada masa inilah pemerintah mendirikan Sekolah Rakyat[3]
(SR) di Desa Karanganyar. Setelah Mbah Jangkrak wafat kepemimpinan dilanjutkan oleh Mbah Kromo Rejo
yang berasal dari Dusun Ndayu alias Dayu. Pada masa ini jalan-jalan utama di
Desa Karanganyar diperluas atau diperlebar agar mobil pemerintah yang akan
berkunjung bisa masuk. Kemudian setelah selesain kepemimpinanya digantikan oleh
Mbah Surat Ngemplak, pada masa ini pemerintah kedatangan Kartiker (ABRI yang
ditugaskan didesa) bernama Suekardjan yang berasal dari Kesatuan Tentara
Nasional Indonesia. Pada masa pemerintahan Mbah Surat yang dibantu oleh
Kartiker ini banyak mengalami kemajuan yang pesat diantaranya adalah :
Ø Berpindahnya Balai Desa (Jowo : Mbalai)
dari sebelah Selatan Sekolah Rakyat (SR) ke tempat yang sekarang pada tahun 1976-1977-an
Ø Membuat atau membuka jalan yang melewati
hutan Bendungan Belok tahun 1978-an
Ø Pemindahan MI Nurul Ulum dari sebelah
sisi utara Masjid Karanganyar ke tempat yang sekarang pada tahun 1974-1975-an.
Ø Makadam Jalan Karanganyar
Ø Pembangunan SDN 1 Karanganyar
Setelah Mbah Surat
kepemimpinan digantikan oleh Mbah Pandhu yang berasal dari Dusun Diren dibantu
oleh Pak Salam Bareng (Carek-Sekarang). Pada masa ini terjadi pembangunan SDN 4
Karangannyar. Setelah Mbah Pandhu digantikan oleh Mbah Suekardjan bin Sumo
alias Sasmo dari Kudus Jawa Tengah, bekas Kartiker pada masa kepala desa
sebelumnya. Pada masa ini banyak perubahan yang dahsat diantaranta pembangunan:
Ø Jembatan Besar Karanganyar-Jambon pada
tahun 1989. Jembatan Dalon, Jembatan Mblencong Ngemplak, Jembatan Bendungan
bekas waduk (1978-an).
Ø Pembangunan jalan beraspal dari
perbatasan sebelah utara desa Karanganyar (Tawang) sampai dusun Wani pada tahun
1993.
Ø Mendirikan MTs Miftahul Huda Karanganyar
(17 Juli 1993).
Ø Memindahkan Sungai melingkar sebelah
selatan pasar (pertengahan 1994).
Setelah
Suekardjan pensiun digantikan oleh Ir. Suyut Diren (1998-2006). Pada masa
pemerintahannya pembangunan diawali dengan tambal sulam tanjakan jalan
sepanjang jalan protokol atau jalan utama (PU) berupa tambal sulam makadam dari
dusun Wani sampai perbatasan Sragen, Karanganyar-Asemrudung. Pada akhir
jabatannya tahun 2005 membangun keramik
Balai Desa Karanganyar serta rehabilitasi atab Balai, Membangun Kantor
BPD dan LPMD. Setelah Ir. Suyud purna digantikan oleh Mas-in bin Nurdi bin
Karim yang menjabat sampai sekarang selama 2 periode: Periode I (2006-2012)
Periode II (2012-2018). Pembangunan pada masa pemerintahan Mas-in mengalami
kemajuan yang signifikan, terutama di dalam bidang infrastruktur diantaranya
adalah :
Ø Pemindahan Lapangan Sepak Bola dari
sebelah Utara Sungai sampai sekarang.
Ø Pengecoran jalan-jalan dusun dengan
program PNPM, PPIP, APBN, ADD dan lain sebagainya.
Ø Pengerasan Jalan PU dibeberapa titik.
Ø Renovasi dan penambahan Balai Desa
Karanganyar (Kantor dan Balai Utama berbentuk limasan yang didirikan tepat pada hari Sabtu Pon, 13 Juni 2015).
Ø Renovasi dan Penambahan Serambi Masjid
Baitul Karanganyar yang didirikan pada hari Jum’at malem Sabtu Wage tanggal 4
Juli 2015 (17 Ramadlon 1436 H) jam 24:02
Ø Dll
[1] Mbah Bedek adalah carek atau pembantu lurah pada masa pemerintahan
Mbah Merto Ngulomo, Mbah Bedek melahirkan Mbah Khami menikah dengan Mbah
Ngodrono, mempunyai keturunan Mbah Pawiro Sopo, Mbah Sawiyem, Mbah Ponco Wedok
Wani, Mbah Suro Sardi Sali Ngrawan.
[2] Langgar ini pertama kali dihamengku oleh H. Sidiq, diteruskan putranya
bernama Mbah Juwair, Mbah Subiyono alias Bayan Dongkol, dilanjutkan Pak Gede,
Pakde Nasrin (Dhe Rin terkenalnya) kemudian diganti Mbah Subakin Bin Adnan dari
Tawang Jambon sampai sekarang.
[3] Sekolah ini dulu SR 3 Karanganyar yang kini berubah menjadi SDN 1
Karanganyar, Dulu letaknya berada disisi Selatan SDN 1 Karanganyar Kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar